Sumatera Utara merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar
keempat di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Sebagai
Provinsi yang berada di luar pulau Jawa dengan jumlah penduduk
terbesar, dapat diindikasikan bahwa adanya keunggulan-keunggulan yang
dimiliki oleh provinsi ini.
Budaya merupakan satu dari sekian banyak keunggulan provinsi sumatera
Utara. Keberagaman suku yang dimiliki masyarakat provinsi Sumatera Utara
menyebabkan timbulnya keberagaman budaya yang diwariskan. Warisan
budaya inilah yang menjadi ciri khas provinsi ini. Masyarakat Sumatera
Utara terkenal sebagai masayarakat yang heterogen karena terdiri dari
banyak suku, mulai dari melayu, nias, batak karo, mandailing, toba,
pak-pak, simalungun, tionghoa, india, aceh dan jawa.
Dari
sekian banyak suku tersebut, suku bataklah yang paling popular. Selain
karena asal dari suku batak itu sendiri memang dari Sumatera Utara. Suku
batak ini juga terkenal karena banyak masyarakatnya yang sukses sebagai
perantau baik di dalam maupun luar negeri.
Untuk dalam negeri kita bisa melihat kota Bandung. Banyak dari dosen dan mahasiswa berprestasi di
kota ini berasal dari suku batak. Banyak bermunculan ahli-ahli
pendidikan dari berbagai disiplin ilmu yang asalanya adalah orang batak.
Adanya kekhasan saat berbicara yang suka bernada keras dan agak kasar
serta adanya sifat pemberani melengkapi keunikan yang menjadi nilai
positif dari suku ini. Sehingga tidak jarang timbul keseganan suku lain
terhadap suku batak.
Sesuai fitrahnya manusia tidak ada yang sempurna, maka suku ini pun
tidak terlepas dari kekurangan. Banyak figure koruptor di Indonesia
lahir dari provinsi Sumatera Utara khususnya dari suku batak. Pelintiran
singkatan Sumut yang seharusnya Sumatera Utara menjadi
semua urusan menggunakan uang tunai pun sering terdengar. Budaya korupsi
ini menjadi sebuah konsumsi public yang seakan dibiarkan tanpa ada
harapan untuk menghilangkannya. Memang korupsi telah terjadi merata di
seluruh indonesia, tapi sering kali dalam beberapa joke nasional, Medan
ataupun Sumatera Utara disebut sebagai tempat pelatihan korupsi. Bukan
tidak ada alasan menyebutkan Medan/ Sumatera Utara seperti itu, karena
di provinsi inilah banyak mafia, mulai dari kelas teri hingga kakap.
Sungguh disayangkan jika ternyata begitu banyaknya pemuda batak yang
potensial tidak dapat dirasakan manfaatnya bagi bangsa ini hanya karena
karakternya yang tidak disiapkan untuk bisa menjadi baik. Akademis baik
tetapi korupsinya juga baik
Alokasi pendidikan dari APBD Provinsi Sumatera Utara tidak kurang dari
130 Milyar rupiah ditambah 2,3 Triliyun kucuran dana dari pusat yang
terbesar diberikan pada provinsi ini harusnya bisa memberikan pendidikan
akademis dan karakter yang baik bagi rakyatnya. Masih jauhnya
tertinggal mutu pendidikan di provinsi ini dengan provinsi di Jawa
terkait dengan dana pendidikan dan fasilitas yang minim. Tenaga pendidik
yang juga tidak merata di Indonesia menyebabkan mutu pendidikan
Sumatera Utara jauh di bawah mutu pendidikan di Jawa. Ditambah lagi
penghargaan dan dukungan pemerintah yang juga masih dinilai sangat
kurang terhadap pendidikan menjadi factor penyebab ketertinggalan ini.
Diharapkan ke depan peningkatan mutu pendidikan di Sumatera Utara
bisa lebih baik, dapat mencerdaskan bangsa dengan pendidikan karakter
untuk terciptanya manusia yang tidak bermental pamrih. Pamrih dapat memunculkan sikap korupsi. Korupsilah awal rusaknya segala sistem. Dengan masyarakat yang cerdas yang bisa memilih sesuatu yang baik dan benar pasti dapat mengangkat daerah dari masyarakat tsb.
(Juni, A.L., Ilmu Pangan 09)